Karawang,- Siapa sangka, dari tumbuhan yang dianggap gulma bisa disulap menjadi kerajinan yang bernilai ekonomis tinggi. Berangkat dari hal itulah, Sambinah (42), Warga Desa Walahar, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, bertekad menyulap eceng gondok yang kerap dianggap sampah dan memenuhi sungai-sungai menjadi, handcraft menarik dan bernilai tinggi. "Saya ingin mengubah eceng menjadi produk yang bernilai ekonomis cukup tinggi," tutur Sambinah ditemui di Galeri Putri Eceng miliknya. Di tangannya, eceng gondok disulap menjadi beragam produk, seperti tas, vas bunga, kotak tisu, goodybag, keranjang, sandal, kursi, meja, hingga sofa. "Kami belajar, terus berinovasi menghasilkan produk yang bermanfaat tanpa meninggalkan nilai estetika," katanya. Rupanya, hal itu pula yang mengisnpirasi penamaan galeri yang letaknya tak jauh dari Bendungan Walahar, Kabupaten Karawang. "Cita-cita saya ingin punya galeri. Sekarang belum terwujud, tapi terus saya rintis," imbuhnya. Dengan cekatan, tangan sambinah menganyam vas dari eceng gondok. Ia bercerita mendapat pesanan dari temannya. "Kami join, dia buat bunganya, saya buat vasnya," katanya. Lika-liku Perjalanan usaha Sambinah tak sepenuhnya mulus. Sejak merantau ke Karawang pada 2013 lalu, ia jatuh bangun merintis usaha kerajinan eceng. "Tahun 2013 saya ikut pelatihan yang diselenggarakan Dekranasda Kabupaten Karawang bersama HM Sampoerna," katanya. Ia pun harus mencari pekerja yang ulet dan telaten lantaran tak semua proses ia bisa kerjakan sendiri. Sebab, menganyam eceng membutuhkan kejelian, kreativitas, juga ketelatenan. "Tidak bisa dikerjakan sembarangan," katanya. Sambinah juga tak enggan merangkul warga yang tak punya pekerjaan untuk membantunya menghasilkan produk eceng tersebut. "Daripada nongkrong atau menganggur mending saya rangkul, asal ulet," katanya. Selain soal proses pembuatan kerajinan, Sambinah juga pernah mengalami kesulitan modal. Bahkan ia sempat "nyambi" berjualan kopi untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari. "Saya buka warung kopi di sini, di sebelah (galeri)," tandasnya.
Dengan uang seadanya, ia terus menekuni usaha kerajinan tangan itu. Ia mengaku belum berani meminjam ke bank lantaran produksi masih belum stabil. Ia kemudian mendapat bantuan alat dari PT Pupuk Kujang melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). "Bantuannya berupa alat," katanya. Tembus Rusia Baru-baru ini, Sambinah mendapat pesanan 500 goodybag dari Rusia. Ia mendapat pesanan tersebut melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud). Ia menyebut goodybag buatannya ramah lingkungan. "Pengerjaanya membutuhkan kejelian ekstra," katanya. Selain Rusia, Universitas Trisakti juga memesan 600 goodybag berbahan eceng tersebut. Ia pun menyesuaikan ukuran dan modelnya sesuai pesanan. "Infonya pesan buat Wisuda," katanya. Berangkat dari hal tersebut, ia berharap goodybag buatannya digemari masyarakat luat negeri. Satu buah goodybag ia jual dengan harga Rp 25.000. Namun, jika terdapat pesanan atau ornamen atau lukisan khusus, harga menyesuaikan. "Kami terus berusaha meningkatkan kualitas," katanya. Sambinah juga pernah mengikuti pameran di Madagskar, Afrika. Saat itu, beberapa produk handcraft eceng buatannya juga diminati pengunjung pameran. "Alhamdulillah ada beberapa yang laku," tandasnya. Seorang kawan, kata Sambinah, juga menawarkan memasarkan produk eceng buatannya ke kuar negeri, seperti Saudi Arabia. Tak mau pindah Sambinah mengaku enggan pindah tempat. Sebab, menurutnya Bendungan Walahar tempat yang strategis. Apalagi, ia menerima informasi sekitar Bendungan tersebut akan direnovasi dan dibuat jembatan. "Menurut saya ini strategis," katanya. Lewat buah tangannya itu, Sambinah pun ingin memperkenalkan destinasi wisata dan budaya Karawang, misalnya goodybag berlukiskan Bendungan Walahar yang merupakan peninggalan Belanda itu. Juga Candi Jiwa melalui kotak tisu. (diskominfo)